NMCG (Nurul Musthofa Camat Gabun)

NMCG (Nurul Musthofa Camat Gabun)

Sabtu, 08 Februari 2014

PERBEDAAN ULAMA AKHIRAT DAN ULAMA DUNIA

Imam Ghazali membagi ulama dalam dua kategori: Ulama Akherat dan Ulama Dunia.
Yang pertama adalah ulama pewaris Nabi, warasat al-anbiya. Sedangkan yang kedua adalah ulama su’ (jahat). Mereka inilah yang mempergunakan ilmunya untuk mendapatkan kepuasan duniawi, termasuk menjadikannya tangga untuk meraih pangkat dan kedudukan. Sementara itu, ulama akherat adalah ulama yang sadar betul akan ilmu yang dimilikinya. Ulama ini memiliki ciri-ciri antara lain, tidak memanfaatkan ilmu hanya untuk mencari keuntungan duniawi, konsekuen dengan ucapannya, sederhana, menjaga jarak dengan penguasa, tidak tergsa-gesa memberikan fatwa, mementingkan kata hati.

Ulama akherat hidup bersahaja dalam pengabdiannya yang shalih terhadap ilmu agama dan menjauhkan diri dari upaya mengejar kebendaan dan politik. Para ulama itu lebih senang melewatkan hari demi hari dalam kemiskinan dari pada bergaul dengan raja dan konglomerat. Keseluruhan hidup mereka dimaksudkan untuk menyebarkan pengetahuan dan berjuang untuk mempertinggi moral masyarakat.

Sebaliknya, ulama dunia atau ulama su’ selalu menginginkan kekayaan dan kehormatan duniawi. Celakanya, mereka tidak segan-segan berkhianat pada hati nurani, asalkan tujuan mereka tercapai. Dalam kenyataannya, ulama tersebut bergaul bebas dengan raja-raja dan pegawai pemerintah, serta memberikan sokongan moral terhadap tindakan mereka, tak perduli baik atau buruk. Terkait dengan ulama su’, ada ilustrasi menarik yang dipaparkan Ibnu Mas’ud : “Kelak akan datang suatu masa tatkala hati manusia asin; ilmu tidak bermanfaat lagi. Saat itu, hati ulama laksana tanah gundul dan berlapiskan garam. Meski disiram hujan, namun tidak setetes pun air tawar nan segar dapat diminum dari tanah itu.” Begitulah bila hati ulama cenderung mencintai dunia sehingga Allah mematikan sumber-sumber hikmah dan memadamkan pelita-pelita hidup.

Di zaman sekarang, di mana kita hidup di negeri Muslim terbesar dunia, diakui atau tidak, kita tengah kekurangan sosok ulama akherat, ulama pejuang, seperti sosok Abu Abd Al-Mu’ti Muhammad Nawawi ibn Umar Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani lebih dikenal Syeck Nawawi Al Bantani, Habib Salim bin Ahmad bin Jindan, K.H. Abdullah Syafii, dan ulama pejuang lainnya. Sebab itu, di negeri Muslim terbesar dunia ini, majalah Playboy bisa beredar dengan legal, tingkat korupsi selalu ranking teratas di seluruh dunia, perjudian dan prostitusi merajalela, kekayaan alam anugerah Allah banyak diberikan kepada perusahaan-perusahaan non Muslim (Kafir), syariat Islam dianggap ketinggalan zaman, maraknya pemurtadan, munculannya berbagai macam aliran & pemikiran yang sudah jauh dari tuntunan pedahulu-pendahulu kita yang shalih dan kerusakan-kerusakan lainnya. Negeri ini memang tengah meluncur ke jurang kebinasaan, haruskah iman dan akidah kita ikut tergadai?

Semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita, hingga kita dapat mengikutinya jalan yang diridhainya sesuai dengan tuntunan Nabi kita Saw.

Semoga bermanfaat buat Pembaca & Penulis